Lokasi: Bunutan, Abang, Seraya Bar., Kec. Karangasem, Kab. Karangasem, Bali 80852
Map: Klik Disini
HTM: Rp.5.000 per Mobil
Buka Tutup: 24 Jam
Telepon: –
Bali merupakan salah satu pulau yang dimiliki oleh Indonesia. Warga mayoritasnya beragama Hindu. Tak mengherankan jika sangat mudah ditemui pura-pura di sini dan kebudayaan adalah ciri khas kuat dari Pulau Dewata ini.
Banyak sekali arsitektur yang sangat unik dan tentu hanya bisa ditemui di pulau ini. Warganya yang ramah serta keindahan alam membuat pulau tersebut sering menjadi destinasi wisata.
Baik dari wilayah dataran tinggi hingga wilayah pesisirnya, keindahan alam Pulau Bali seakan tak terbatas.
Pengunjungnya pun juga tidak tanggung-tanggung, wisatawan mancanegara juga terlena dengan keindahan alam serta kebudayaan yang ada di Pulau bali.
Pura-pura di Pulau Bali juga sering dikunjungi wisatawan. Salah satu pura ini adalah Pura Lempuyang.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai pura ini sebagai destinasi wisata, mari membahas terlebih dahulu mengenai sejarahnya.
Asal Usul Nama
❤️
Setiap penamaan suatu tempat terkadang memiliki makna atau arti tersendiri atau memiliki dasar penamaan, tidak terkecuali Pura Lempuyang.
Nama pura ini berasal dari dua kata yaitu lampu dan hyang. Lampu memiliki arti sinar dan hyang adalah penyebutan Tuhan. Jika dipadukan berarti sinar suci Tuhan yang begitu terang-benderang.
Namun, arti kata lempuyang ini juga ternyata ada versi lainnya. Ada yang menyebutkan jika lempuyang merupakan tanaman yang dipakai sebagai bumbu masak.
Nama ini juga terkait dengan nama banjar di sekitar pura ini yaitu Bajar Bangle dan Gamongan, jenis tanaman obat yang juga digunakan sebagai bumbu masakan.
Namun ada juga menyebutkan jika lempuyang adalah Bhatara Hyang Pasupati yang mengutus tiga putranya untuk turun guna menjaga kestabilan Bali dari berbagai guncangan bencana alam.
Dari versi ini disebutkan jika lempuyang berasal dari kata empu atau emong yang memiliki arti menjaga.
Sejarah dan Legenda
❤️
Mengacu pada Lontar Utara Kanda Dewa Purana Bangsul yang menyatakan bahwa Sang Hyang Parameswara membawa gunung-gunung di Bali dari jambudwipa yaitu di India ke Gunung Mahameru.
Potongan-potongan Gunung Mahameru tersebut dibawa ke Bali dan dipecah kembali menjadi tiga buah bagian besar, kemudian dipecah kembali menjadi bagian-bagian kecil.
Bagian tengah menjadi Gunung Batur dan Rinjani sedangkan pada puncaknya menjadi Gunung Agung, gunung tertinggi di Pulau Bali. Pecahannya yang jauh lebih kecil menjadi deretan gunung-gunung saling berhubung satu sama lain.
Gunung-gunung yang berhubungan ini antara lain Gunung Pengalengan, Beratan, Nagaloka, Pulaki, Puncak Sangkur, Bukit Rangda, Trate Bang, Padang Dawa, Andhakasa, Sraya, Uluwatu, Tapsahi dan Gunung Lempuyang.
Gunung-gunung yang telah disebutkan tadi digunakan sebagai istana para dewa manifestasi Tuhan untuk menjaga Bali dalam kepercayaan agama Hindu.
Dilanjutkan bahwa Sang Parameswara menugaskan putranya yang bernama Sang Hyang Agni Jaya Sakti guna turun ke Bali dengan tujuan menjaga kesejahteraan Pulau ini.
Dan putra dari Sang Parameswara ini ber-stana di Gunung Lempuyang bersama dengan dewa dewa lainnya sesuai dengan kepercayaan umat Hindu.
Beranjak ke tahun 1950 terdapat suatau hal baru yaitu tumpukan batu serta sanggar Agung yang dibuat dari pohon hidup di sekitar Pura Lempuyang.
Dulu terdapat sebuah pohon Sidhakarya yang sangat besar akan tetapi saat ini sudah tidak ada lagi.
Pohon tersebut dulunya berada di bagian timur. Keberadaan pohon ini hilang karena diduga tumbang atau mati secara perlahan tanpa ada generasi baru yang menggantikannya.
Beranjak ke tahun 1960 dibangunlah dua padma kembar dan sebuah padma tunggal bale piyasan di lokasi pura ini.
Pura Lempuyang Luhur bukan seperti pura pada umumnya. Menurut kepercaaan umat Hindu Bali, pura ini memiliki status yang penting sama seperti dengan Pura Besakih.
Umat Hindu memiliki kepercayaan bahwa baik dalam konsep Padma Bhuana Catur Lokapala ataupun Dewata Nawa Sanga, pura ini sudah disebutkan di berbagai sumber Lontar atau prasasti-prasasti kuno.
Terdapat tiga pura besar yang selalu disebutkan di prasasti tersebut, yakni Pura Ulun Danu Batur, Pura Besakih dan tentunya Pura Lempuyang.
Aturan yang Harus Diketahui
❤️
Oleh karena itu, karena sifatnya memang suci atau sangat disakralkan umat Hindu Bali, maka terdapat pantangan yang harus diketahui oleh para wisatawan sebelum memasuki door Pura Lempuyangan.
Hal ini harus dilakukan, karena menurut kepercayaan umat Hindu jika melanggar pantangan tersebut maka akan berdampak buruk bagi si pelanggar.
Jika kita melihat dari sisi agama maka kita tidak boleh mencampurkan norma-norma yang ada di agama lain ke agama kita. Oleh karena itu, diambil jalan tengah layaknya kita memasuki masjid.
Alangkah baiknya kita menggunakan jilbab dan lain sebagainya atau dengan kata lain mengikuti dan melakukan apa yang harus dilakukan sebelum memasuki masjid ataupun gereja maupun tempat-tempat ibadah yang lain.
Tetapi adanya kepercayaan dampak buruk jika kita melanggar tidak harus dipercayai, namun dalam batas toleransi atau mematuhi peraturan yang ada saja.
Berikut ini adalah beberapa pantangan atau aturan yang harus dipatuhi sebelum memasuki pura.
- Tidak boleh berkata kasar saat perjalanan
- Sejak awal pikiran perkataan dan perbuatan harus disucikan atau diluruskan
- Wanita haid, sedang menyusui, orang cuntaka, anak yang belum tanggal gigi susu, alangkah baiknya tidak masuk ke pura atau bagi yang beragama Hindu tidak melakukan sembahyang di pura
- Membawa makanan ataupun makan daging babi saat berada di pura
- Tidak boleh membawa perhiasan yang terbuat dari emas karena menurut informasi yang beredar perhiasan tersebut sering kali hilang secara misterius
Objek Wisata Menarik❤️
Setelah kita membahas bersama mengenai sejarah asal usul dan pantangan-pantangan sebelum memasuki area Pura Lempuyang.
Maka saatnya kita membahas Pura Lempuyang sebagai tujuan wisata Bali yang harus dimasukkan di daftar tempat wajib dikunjungi.
Berwisata di Bali tanpa mengunjungi Pura Lempuyang seakan belum lengkap rasanya, karena di sini kita dapat melihat keindahan Gunung Lempuyang yang mengerucut dan pemandangannya indah.
Panorama gunung yang ayu dapat membius mata, serta udara sejuk menjadi pesona utama yang ditawarkan dari Pura Lempuyang Luhur.
Belum diketahui secara pasti, siapa yang mengklaim bahwa Pura Lempuyang merupakan pura tertua di Bali, namun terdapat dugaan bahwa pura ini sudah ada sejak zaman Pra Hindu Budha.
Berkunjung ke Pura Lempuyang juga memaksa diri kita untuk berolahraga karena kita harus menapaki tangga dengan jumlah anak tangga sebanyak lebih dari 1.700 buah.
Namun ketika kita menapaki anak tangga hingga ke menuju puncaknya, maka hal itu akan terbayarkan dengan suara satwa, udara sejuk serta pemandangan alam akan menjadi gaji yang tak ternilai harganya.
Sesampainya di atas maka dapat berfoto dan tentu akan menghasilkan gambar yang sangat indah. Kera-kera liar juga bergelantungan di pohon-pohon, ketika kita sedang menapaki anak tangga.
Ini merupakan sebuah paket olahraga menyenangkan, karena tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan, namun juga mendapatkan kepuasan batin dengan melihat keindahan alam dari sang Maha Pencipta yang dititipkan di daerah sekitar pura ini.
Cerita Masyarakat Sekitar❤️
Terdapat sebuah cerita unik yang menyatakan bahwa jika di ujung timur pulau Bali terdapat sebuah cahaya terang yang muncul dan hanya terlihat dari luar angkasa.
Masyarakat sekitar percaya bahwa sinar terang atau cahaya terang tersebut adalah datang dari arah gunung Lempuyang.
Terbagai Menjadi Tiga Mandala❤️
Pura Lempuyang bukanlah satu bagian utuh, melainkan terbagi lagi menjadi tiga Mandala. Tiga Mandala ini antara lain Lempuyang Sor, Lempuyang Madya dan Lempuyang Luhur.
Jika mengacu pada Lontar Markandeya Purana, pura ini didirikan oleh Rsi Markandeya pada sekitar abad ke-8 Masehi.
Tujuan pembangunan ini adalah sebagai tempat ibadah tentunya sekaligus untuk menyebarkan ajaran Hindu di Pulau Bali khususnya di daerah sekitar pura ini.
Candi Penataran di Pura Lempuyang❤️
Di Pura Lempuyang juga terdapat sebuah temple yang bernama Candi Penataran. Candi ini terbilang sangat unik dan tentunya memiliki pemandangan yang indah.
Untuk sampai ke Candi Penataran tersebut juga harus menyusuri anak tangga jadi mari berolahraga lagi.
Candi ini memang menjadi salah satu denah dari Pura Lempuyang dan terpilih menjadi salah satu candi tertinggi di Bali.
Berdasarkan informasi dari Wikipedia dan Tripadvisor, candi ini terletak di ketinggian 600 meter diatas permukaan laut dan lokasinya berada di lereng gunung Lempuyang.
Ritual di Pura Lempuyang❤️
Pura merupakan tempat ibadah, oleh karena itu Pura Lempuyang tidak lepas dari ritual-ritual ibadah.
Ritual ini seperti ritual piodalan atau puja wali yang ditujukan untuk merayakan kelahiran pura yang dilakukan setiap 6 bulan sekali, yakni satu hari setelah Galungan atau setiap Waraspati atau hari Kamis.
Tips Mengunjungi
❤️
Bagi para wisatawan yang memang ingin sekali berkunjung ke Pura Lempuyang maka diharuskan memiliki ketahanan fisik.
Tentunya hal ini berkaitan juga dengan umur, karena untuk mencapai puncaknya seperti yang diketahui harus menaiki anak tangga berjumlah 1.700 anak tangga.
Olahraga ringan sebelum berkunjung ke pura ini, seharusnya atau sepatutnya dilakukan karena agar terdapat pemanasan dari sendi-sendi serta otot tulang kita.
Yang Dirasakan
❤️
Pura Lempuyang tentu menjadi pura yang sangat disakralkan bagi warga Hindu khususnya di daerah Bali. Hal ini dikarenakan untuk bisa sembahyang di pura tersebut maka umat Hindu harus berjuang menapaki anak tangga.
Bisa dibilang ini merupakan perjalanan spritual yang menantang serta menjadikan pengalaman menarik bagi setiap umat Hindu. Tidak hanya melakukan kegiatan ibadah melainkan juga dapat merasakan alam lebih dekat.
Hutan Masih Terjaga
❤️
Berbagai jenis tumbuhan dapat tumbuh dengan subur di daerah sekitar kawasan ini. Ciutan serta kicauan burung seakan menjadi sebuah irama yang sangat susah ditemukan di daerah perkotaan.
Dan tentunya setiap orang pasti tidak akan menolak bahwa suara kicauan dan cuitan tersebut merupakan melodi yang dapat membuat suasana menjadi nyaman.
Kawasan hutan yang juga terjaga dengan baik tentunya menjadi sebuah pemandangan yang sangat memukau.
Apalagi masih terdapat kera-kera liar yang bebas bergelantungan, bermain kesana kemari, meloncat, seakan tanpa batas, tidak ada yang melarang. Alam di sini masih menyediakan ruang bagi satwa-satwa bebas.
Tak Terbantahkan❤️
Keindahannya sudah tidak dapat terbantahkan lagi. Ribuan pendapat dari orang-orang yang pernah mengunjungi Pura Lempuyang mengatakan bahwa objek ini menawarkan suatu hal yang sangat khas.
Hal ini bisa diketahui dari beberapa website ataupun situs yang memang menawarkan atau memberikan informasi kepada orang lain dengan pendapat-pendapat orang dari suatu tempat wisata salah satunya seperti TripAdvisor.
Cocok Bagi Pecinta Alam❤️
Berkunjung ke Pura Lempuyang merupakan hal yang harus dilakukan bagi para pecinta climbing. Walaupun pendakian di sini sebenarnya bukan pendakian yang menaiki lereng, melainkan lebih mengarah ke mendaki anak tangga.
Walaupun sensasi yang ditawarkan berbeda, tetapi yang pasti risiko juga jauh lebih minim serta pemandangan juga dapat dinikmati dengan nyaman.
Jalan Menuju Lokasi❤️
Pura Lempuyang dapat ditempuh sekitar 2 jam dengan mobil dari pusat Kota Denpasar. Pura ini terletak di Desa Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.
Untuk mencapai pura ini maka dapat melalui kawasan wisata Candi Dasa yang melewati kota Amlapura.
Terdapat jalan lain untuk menuju ke pura ini. Jalur lain ini yaitu melalui Kecamatan Selat Karang asem kemudian melalui kota Semarapura dan mengambil arah ke Jalan Besakih.
Selain itu juga bisa diakses dari tour in puerta en from ubud di address atau alamat atau location pura ini.
Harga Tiket Masuk
❤️
Harga tiket masuk Pura Lempuyang sebenarnya tidak ada, melainkan hanya digantikan sebagai biaya parkir yakni Rp. 5.000 per mobil.
Jadi sebelum sampai ke Pura Lempuyang maka wisatawan harus berjalan dari tempat parkir kemudian menyusuri anak tangga sebanyak 1.700 anak tangga dan barulah sampai ke Puncak Pura Lempuyang.
Aspek Kesejarahan Belum Valid❤️
Memang di awal kita sudah menjelaskan mengenai sejarah asal usul ataupun hal-hal yang berkaitan dengan Pura Lempuyang. Namun keakuratan data ini memang belum dapat dipastikan secara pasti.
Tetapi dari informasi yang beredar dan informasi yang telah disebutkan di atas adalah yang paling sering diutarakan oleh orang-orang.
Namun yang jelas pura ini memiliki keindahan alam luar biasa serta nuansa alam masih begitu terasa. Memang memahami sejarah dari berdirinya suatu tempat merupakan sebuah hal penting.
Tetapi hal ini telah disebutkan pada informasi yang telah diatas bahwa tujuan pura tersebut adalah statusnya sebagai tempat sembahyang dan menyebarkan ajaran Hindu.
Walaupun informasi ini belum dapat dijadikan sebagai acuan yang paling benar karena informasi dari sejarah ataupun asal-usulnya diambil dari beberapa sumber yang kemudian dirangkum menjadi satu.
Ifny ardian –
Cukup angkuh dan terimakasih untuk pengetahuan nya
Wayan –
Lahhhh mabokk
Erna Herlina –
Ada kah fasilitas utk disable atau pengguna kursi roda
Ibrahim Jabbar Mukhtar (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan astronot, tapi siap menjelajah ruang angkasa jika hadiahnya adalah giveaway ini.
Khairan Delvin Arsalan (pemilik terverifikasi) –
Saya bukan penjaga pantai, tapi saya siap selamatkan hadiah giveaway ini dari ombak pesaing.
Sirajul Huda Mustaqim (pemilik terverifikasi) –
Kata bijak mengatakan, ‘Kesempatan datang tak terduga.’ Saya siap terkejut jika menang giveaway ini!